Showing posts with label Kajian Sejarah dan Peradaban. Show all posts
Showing posts with label Kajian Sejarah dan Peradaban. Show all posts

Monday, March 6, 2017

Ayah dan Pramoedya Ananta Toer

Awal tahun 1963, dunia sastra Indonesia digemparkan oleh dua surat kabar harian ibu kota, yaitu Harian Rakyat dan Harian Bintang Timur. Koran berbau komunis itu memberitakan di halaman pertama: "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" adalah hasil jiplakan oleh pengarang Hamka. Alasan berita itu dilansir oleh seorang penulis bernama Ki Panji Kusmin. Sedangkan di Harian Bintang Timur, dalam lembaran Lentera, juga memuat dan mengulas bagaimana Hamka mencuri karangan asli dari pengarang Alvonso Care, seorang pujangga Prancis. Lembaran Lentera ini diasuh oleh Pramodya Ananta Toer.
.
Berbulan-bulan lamanya kedua koran komunis ini menyerang Ayah dengan tulisan-tulisan berbau fitnah. Bahkan juga menyerang pribadi. Namun begitu, aku lihat Ayah tenang-tenang saja menghadapi segala hujatan dari Ki Panji Kusmin dan Pramoedya Ananta Toer itu.
.
Aku yang waktu itu bersekolah di SMAN IX merasakan tekanan batin juga. Guru Sastra Indonesiaku seorang guru PGRI Vak. Sentral, begitu pula dengan guru CIVIC-ku, keduanya dengan gaya mengejek selalu menanya kesehatan Ayah dan tidak lupa berkirim salam. Kupingku terasa panas bila kedua guruku itu bertanya kepadaku. Begitu pula halnya dengan saudara-saudaraku yang lain. Apalagi membaca kedua koran yang sengaja dikirim ke rumah secara gratis.
.
PKI melakukan kudeta tanggal 30 September 1965 namun gagal. Dalam usaha kup itu 6 orang Jenderal dan 1 perwira gugur dibunuh PKI. Begitu sejarah mencatat. Akibat kegagalan kup PKI itu, kedua guru SMA-ku laku diberhentikan sebagai guru dan pegawai negeri. Pramoedya Ananta Toer sendiri kemudian ditahan di Pulau Buru.
.
Beberapa tahun kemudian, Pramoedya Ananta Toer dibebaskan. Ia kemudian melakukan kegiatannya lagi. Ayah tidak pernah berhubungan dengan tokoh Lekra yang tidak pernah bosan menyerang Ayah di kedua koran komunis itu. Ayah nyaris tidak pernah merasa terusik dengan apa yang diperbuat sastrawan tersebut kepada Ayah. Ayah sangat tenang sekali menyikapi semuanya.
.
Pada suatu hari, Ayah kedatangan sepasang tamu. Si perempuan seorang pribumi, sedangkan yang laki-laki seorang keturunan China. Kepada Ayah si perempuan kemudian memperkenalkan diri. Namanya Astuti. Sedangkan si laki-laki bernama Daniel Setiawan. Ayah agak terkejut ketika Astuti mengatakan bahwa ia adalah anak sulung dari Pramoedya Ananta Toer. Astuti menemani Daniel menemui Ayah untuk masuk Islam sekaligus mempelajari Agama Islam, menjadi seorang muallaf. Cerita Astuti, selama ini Daniel adalah seorang non-muslim. Ayahnya, Pramoedya, tidak setuju bila anak perempuannya yang muslimah menikah dengan laki-laki yang berbeda kultur dan agama.
.
Selesai Astuti mengutarakan maksud kedatangannya, serta bercerita latar belakang hubungannya dengan Daniel, tanpa ada sedikit pun keraguan, permohonan kedua tamu itu diluluskan Ayah. Daniel Setiawan calon menantu Pramoedya Ananta Toer langsung dibimbing Ayah membaca dua kalimat syahadat. Ayah lalu menganjurkan Daniel berkhitan dan menjadwalkan untuk memulai belajar agama Islam dengan Ayah.
.
Dalam pertemuan dengan putri sulung Pramoedya dan calon menantunya itu, Ayah sama sekali tidak pernah menyinggung bagaimana sikap Pramoedya terhadapnya beberapa waktu yang lalu. Benar-benar seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
.
Salah seorang teman Pramoedya yang bernama Dr. Hoedaifah Koeddah pernah menanyakan kepada Pramoedya, apa alasan tokoh Lekra ini mengutus calon menantunya menemui Hamka. Dengan serius Pram menjelaskan kepada temannya itu.
.
"Masalah faham kami tetap berbeda. Saya ingin putri saya yang muslimah harus bersuami dengan laki-laki seiman. Saya lebih mantap mengirim calon menantu saya belajar Agama Islam dan masuk Islam kepada Hamka." Pramoedya menjelaskan dengan gamblang.
.
Menurut Dr. Hoedaifah yang tertuang dalam Majalah Horison, Agustus 2006, secara tidak langsung, tampaknya Pramoedya Ananta Toer dengan mengirim calon menantu ditemani anak perempuan kepada Buya, seakan ia meminta maaf atas sikapnya yang telah memperlakukan Ayah kurang baik di Harian Bintang Timur dan Harian Rakyat. Dan secara tidak langsung pula Ayah telah memaafkan Pramoedya Ananta Toer dengan bersedia membimbing dan memberi pelajaran agama Islam kepada calon menantunya.
.
Aku sendiri sangat yakin, sesungguhnya Ayah tidak pernah sedikit pun merasa bermusuhan dengan Pramoedya Ananta Toer.
***
Peristiwa Ayah menghadapi tiga tokoh tersebut aku sampaikan dalam buku ini untuk menambah informasi sekaligus pembelajaran kepada kita semua akan sisi-sisi kehidupan Ayah ketika menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupannya. Ayah selalu berpandangan positif dan yakin bahwa semua manusia pada dasarnya baik.
.
[Diketik ulang dari buku berjudul 'Ayah, Kisah Buya Hamka', karya Irfan Hamka, putra kelima Buya Hamka]

Wednesday, February 15, 2017

Telaah Jam’ul-Qur’an pada Tiga Periode dan Pembagian Ayat dan Surat dalam al-Qur’an


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Sesunggunya, otentisitas al-Qur’an yang berada di tengah-tengah umat Islam saat ini tidak diragukan lagi. Riwayat-riwayat tentang fakta sejarah pembukuan al-Qur’an yang tanzil lafzhan wa ma’nan ini berjubel dan mutawatir. Sejarah telah merekam aktivitas umat Islam dalam menulis, menghafal, mengumpulkan, membukukan, dan menyebarkan al-Qur’an sejak periode Nabi Muhammad hingga periode kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan. Sehingga, al-Qur’an yang berada di tangan umat Islam saat ini ialah al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah.
Namun, ada sejumlah kalangan yang kerap melakukan upaya desakralisasi al-Qur’an, dengan mengkaburkan fakta sejarah ini. Upaya desakralisasi terhadap al-Qur’an berakibat pada keragu-raguan muslim awam; jika aktivitas jam’ul-Qur’an sejak masa Nabi hingga Sayyidina Utsman tidak sempurna, mana mungkin al-Qur’an yang berada di tengah kita dewasa ini asli dan otentik. Sahabat-sahabat Nabi sebagai manusia tentu saja mengalami kesalahan, karena mereka manusia biasa, sama seperti kita. Sebagaimana Bibel yang telah mengalami banyak penambahan, pengurangan, dan pendistorsian teks, tentu saja al-Qur’an tidak jauh berbeda dengan Bibel
Tentu saja, makalah ini tidak akan membahas mengenai sejarah kelam Kristen dan Bibel di Barat, dan tidak akan memaparkan pembantahan terhadap kalangan yang memaksa menyama-nyamakan Bibel dengan al-Qur’an, sebagaimana dilakukan oleh Adian Husaini. Makalah ini hanya akan menjelaskan perihal sejarah pembukuan al-Qur’an, guna meyakinkan muslim bahwa al-Qur’an kita adalah wahyu dari Allah, bukan karangan Muhammad, atau meski wahyu dari Allah, tetapi tidak sepi dari kesalahan para sahabat sebagai manusia dalam membukukan al-Qur’an.

Tuesday, February 14, 2017

Aghlabiyah, Dinasti Lokal di sekitar Abbasiyah, Potret Ekspedisi Prestisius, Berdirinya Mazhab, hingga Kemunduran Dinasti


Pasukan Laut - Pada awal periode, Abbasiyah mengalami puncak kejayaan, akan tetapi di kemudian hari, Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran sehingga banyak dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad sesuai dengan kebangsaan masing-masing dan mendirikan sebuah dinasti sendiri-sendiri.

Monday, February 6, 2017

Mengapa Islam Lahir di Arab?


Kontributor: Badrus Sholeh SH
Pasukan Laut - Kita semua tahu bahwa agama Islam lahir lahir di Semenanjung Arab. Sebuah semenanjung barat daya Asia yang merupakan semenanjung terbesar. Dalam peta dunia, dengan luas mencapai kurang lebih seperempat wilayah Eropa, atau sepertiga wilayah Amerika, yaitu 2.745.900 km. Di samping itu, semenanjung Arab termasuk salah satu wilayah terkering dan terpanas, karena sebagian besar datarannya terdiri dari gurun pasir dan pegunungan tandus.

Thursday, February 2, 2017

Mencetak “Kamus Berjalan” dan Menggalang Penerjemahan Buku, Belajar dari Sejarah Dinasti Abbasiyah dan Restorasi Meiji

Mengapa Islam di saat Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad begitu cemerlang? Mengapa ia dipuji selaku mercusuar peradaban dunia? Mengapa karya-karya berskala dan berkaliber ensiklopedia muncul saat itu? Mengapa dia menjadi sumber pengetahuan modern? Karena, Khalifah Abu Ja’far al-Manshur bukan sekadar penguasa biasa yang asuik memerintah dan memungut pajak. Karena ia punya pandangan jauh ke depan. Karena mencerdaskan manusia. Karena ia menyebarkan wawasan.
Karena ia menggalakkan terjemahan. Karena ia perintahkan Baikhtaisyu Kabir dan Fadl ibn Naubakht serta Abdullah ibn Muqaffa menerjemahkan berbagai buku ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. Segala rupa buku: kedokteran, ilmu pasti, falsafah, dari Bahasa Yunani, Persia, dan Sansekerta. Lewat penerjemahan itu, orang Arab meningkat mutunya.